(Tugas Softskill ke-7)
Buku pelajaran dan panduan kimia di sekolah-sekolah
seluruh dunia yang memuat tabel periodik unsur bakal segera direvisi. Serikat
Internasional Kimia Murni dan Terapan (IUPAC) mengumumkan empat unsur baru,
dengan nomor 113, 115, 117, dan 118, akan ditambahkan ke dalam tabel yang
diformulasi ahli kimia Rusia, Dmitri Mendeleev, pada 1860-an itu. Dengan
tambahan unsur-unsur baru tersebut, baris ketujuh tabel itu, yang sebelumnya
"bolong", akhirnya komplet.
Empat unsur itu ditemukan tim peneliti dari Jepang,
Rusia, dan Amerika Serikat. Keempatnya menjadi tambahan unsur baru sejak 2011,
saat unsur 114 (flerovium) dan 116 (livermorium) didaftarkan. IUPAC
menyelesaikan verifikasi unsur-unsur baru itu melalui berbagai studi sejak
2004. Untuk sementara, belum ada nama resmi untuk empat unsur yang berumur
sangat singkat dan tergolong radioaktif itu. Mereka saat ini dinamai dalam
bahasa Latin, yaitu ununtrium, ununpentium, ununseptium dan ununnoctium, yang
masing-masing menggambarkan jumlah proton dalam nukleus atom sebanyak 113, 115,
117, dan 118.
Presiden Divisi Kimia Inorganik IUPAC, Jan Reedijk,
mengatakan komunitas dan penggemar kimia akhirnya bisa melihat tabel periodik
lengkap hingga baris ketujuh. "IUPAC kini memulai proses untuk menetapkan
nama dan simbol resmi unsur tersebut," kata dia dalam rilis IUPAC, akhir
Desember lalu.
Unsur-unsur baru itu tak ada di alam. Uranium,
dengan 92 proton, adalah unsur terberat yang ada di alam. Unsur-unsur baru itu
lebih berat daripada uranium dan hanya bisa dibuat di laboratorium. Unsur 113
dibuat oleh para peneliti di laboratorium riset Riken, Jepang. Unsur 115 dan
117 adalah produk kolaborasi tim Rusia dan Amerika Serikat di Institut Gabungan
Riset Nuklir di Dubna, Rusia; Lawrence Livermore National Laboratory,
California; dan Oak Ridge National Laboratory, Tennessee.
Unsur 118 sebenarnya sudah berhasil diproduksi pada
2006. Namun para peneliti butuh beberapa tahun untuk membuktikan eksistensi
unsur yang awalnya dideteksi secara tak langsung. "Kesulitan utama membuat
unsur baru adalah mereka meluruh menjadi isotop tak dikenal dari unsur yang
lebih ringan sehingga perlu diidentifikasi lagi," kata Paul J. Karol,
ketua tim kerja gabungan komite para ahli dari IUPAC dan Serikat Internasional
Fisika Murni dan Terapan (IUPAP).
Proses produksi unsur-unsur itu terbukti bisa
diulang. Para peneliti membuat unsur superberat ini-jumlah protonnya lebih dari
104-dengan menabrakkan dua atom menggunakan akselerator partikel. Dua atom yang
saling dibenturkan itu terkadang menyatu dan membentuk unsur baru. Masalahnya,
sifat mereka sangat tak stabil, meluruh begitu cepat dan radioaktif, yang
membuat mereka lebih berbahaya daripada uranium. Isotop unsur 113 yang dibuat
di Riken, misalnya, hanya bertahan kurang dari seperseribu detik. Isotop unsur
117 hanya memiliki waktu paruh 78 milidetik. Adapun waktu paruh isotop unsur
118 paling lama "hidup" hanya 890 mikrodetik.
Kondisi tak stabil ini dipengaruhi oleh proton yang
pada dasarnya saling menolak. Pada atom ringan, proton bisa diikat menggunakan
energi nuklir kuat, satu dari empat energi dasar yang ada di alam. Energi
dahsyat ini biasanya muncul dalam ledakan nuklir. Pada atom berat, seperti
uranium, sangat sulit untuk mempertahankan ikatan proton dan akhirnya meluruh
menjadi unsur yang lebih stabil tapi protonnya lebih sedikit.
Mengapa para ilmuwan sibuk menemukan unsur baru ini?
Tentu mereka bukan sekadar melengkapi tabel periodik. Kimiawan percaya bahwa
ada "kawasan stabil" tempat unsur-unsur superberat tidak akan tidak
stabil. Ahli kimia Rusia yang terlibat dalam riset pembuatan unsur 113-116 dan 118,
Yuri Oganessian, menyatakan bahwa "kawasan stabil" itu mungkin ada.
Teori Quantum menyatakan bahwa mungkin untuk membuat
unsur yang luar biasa berat, yang memiliki lebih dari 120 proton, yang juga
sangat stabil. Unsur-unsur ini akan berada di "kawasan stabil" di
ujung tabel periodik unsur dan tak ada yang tahu macam apa ciri-cirinya nanti.
Bila unsur itu ditemukan, entah apa yang bisa dicapai manusia berikutnya.
Kepala tim Riken, Kosuke Morita, mengatakan
pembuktian eksistensi unsur 113 membuka jalan riset selanjutnya. "Kami
berencana untuk menjelajah wilayah tak dikenal dari unsur 119 dan seterusnya,
memeriksa ciri kimia di baris ketujuh dan kedelapan tabel periodik," kata
dia. "Mungkin, suatu hari nanti, kami berhasil memecahkan misteri stabilitas
itu."
Diposting ulang dari: http://koran.tempo.co/konten/2016/01/07/390776/Unsur-Baru-yang-Rawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar